NADHRA IVANA

Putri pertama kami lahir pada Kamis, 28 Juni 2018 atau 4 Syawwal 1439 H; dua minggu setelah lebaran Idul Fitri. Tulus syukur, meski istriku sempat pecah ketuban dari 03.o5, persalinan berjalan normal dan lancar pada 13.17. Putri kami lahir dengan selamat, sehat, dan sumpurna (ahsan takwim); berat 2,8 kg, panjang 49 cm. 

Ia lahir di tanah kelahiran ibunya, di kaki Gunung Dempo, Pagaralam-Sumatera Selatan, persis sehari setelah Pemilukada serentak 2018. Karena efek Pilkada pula, Mak Haji (uwaknya), tidak lama setelah putri kami lahir, berkata kepada istriku namanya "Pilda Alfiani" (Pilihan Pilkada Alpian-Fadli)--wali kota dan wakil walikota terpilih Pagaralam. 

Sebenarnya kami sudah menyiapkan nama dari jauh hari, "Shaina Ariza Tibyani". Tetapi ketika disampaikan kepada keluarga, kami mendapat banyak masukan dan saran. Aba, ayah merua, menyarankan agar namanya "kalau bisa" tidak lebih dari 9-11 huruf. Sementara kakak-kakak ipar, berkomentar jangan sama dengan yang lain, karena sudah ada keponakan yang bernama "Syaina" juga bibi yang dipanggil "Soina". Seorang senior juga berpesan, kalau memberi nama anak, sebaiknya ada huruf "R". Karena itu berasal dari "Nur" (cahaya), huruf R juga tidak mudah diucapkan, sehingga nama dengan huruf R biasanya memiliki karakter yang dinamis, tidak pasif dan statis.

Kami berdua pun sepakat mencari nama baru.
Setelah beberapa hari, dari beberapa alternatif, ditemukanlah kata "Nadhrah" dari Al-Qur'an Surah Al-Insan [76] ayat 11: "Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati." Kemudian seperti sebelumnya "Shaina", kami juga ingin namanya diambil dari Bahasa Ibrani, dapatlah kata "Ivana" yang berarti "pemberian dari Tuhan". Paduan dua kata ini  "senada" dengan keseluruhan makna ayat Al-Qur'an itu. Kiranya menjadi do'a yang kami rangkaikan dalam nama putri kami "Nadhra Ivana" (wajah yang berseri anugerah Ilahi).

Kecintaan menemani istri melahirkan serta haru yang tak tertahan saat mengazankan ke telinga anak, mengingatkanku betapa belum cukup kami berbakti dan membahagiakan kedua orang tua. Semoga kami dapat menjaga dan mendidik amanah Allah ini; Nadhra Ivana.*








Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

KH. AHMAD QORI NURI

ASEP SHOLAHUDDIN: Muazzin dari Ciputat

HERMAN HIDAYAT: Peneliti Ahli Politik Ekologi Jebolan Ushuluddin